Mata adalah sistem pencitra yang dimiliki oleh manusia. Cahaya yang di
pantulkan (atau dipancarkan) oleh sebuah benda ditangkap oleh mata
melalui suatu sistem biokamera dengan satu lensa. Di belakang lensa mata
akan terjadi bayangan terbalik karena sifat optik dari lensa.
Selanjutnya bayangan ini diubah menjadi sinyal-sinyal biolistrik oleh
retina untuk disampaikan ke otak. Akhirnya orang mendapatkan kesan
melihat benda tersebut setelah otak menangkap dan mengolah sinyal-sinyal
tersebut.
Fotoreseptor yang terdapat di retina mats terdiri dari sel batang dan
sel kerucut. Sel batang mengandung bahan kimia fotosensitif yang disebut
Rhodopsin sedangkan sel kerucut mengandung satu dari beberapa
fotopigmen (Photopsin), yang terjrai apabila terkena cahaya. Dalam
keadaan gelap rhodopsin di sel batang tidak aktif. Bila ada cahaya maka
akan terjadi dekomposisi dari rhodopsin untuk menjadi vitamin A.
Pengaktifan rhodopsin akan mengakibatkan fototransduksi yang mencetuskan
pembentukan serangkaian zat antara, salah satunya Metarhodopsin II yang
merupakan senyawa kunci untuk memulai penutupan saluran Na+. Hal
tersebut menyebabkan hiperpotarisasi yang menurunkan kecepatan lepas
muatan sel batang ke sel kedua retina, yaitu sel bipolar sehingga
inhibisi terhadap sel bipolar lenyap dan sel bipolar mengalami
depolarisasi. Depolarisasi sel bipolar menyebabkan munculnya suatu
potensial aksi di sel ketiga retina, sel ganglion. Potensial aksi yang
dihasilkan sel ganglion dikirim ke otak melalui saraf optikus.
Didalam mata manusia ada dua jenis fotoreseptor, yang dapat dibedakan
dari bentuknya, yaitu fotoreseptor berbentuk batang silinder (rods) dan
yang berbentuk kerucut (cones). Fotoreseptor batang ukurannya panjang
dan tipis, dan jumlahnya sangat banyak hingga mencapai 100 juta buah.
Fungsi dari fotoreseptor ini adalah untuk menangkap luminansi citra dan
mampu menangkap bayangan meskipun pencahayaannya rendah. Fotoreseptor
kerucut bersifat pendek dan tebal. Fotoreseptor ini dimampatkan di suatu
daerah pada pusat mata yang disebut fovea (Gb.2.1(b)). Jumlahnya lebih
sedikit dibandingkan jensi batang dan bertanggung jawab untuk menangkap
warna pada bayangan benda.
Mata manusia dapat melihat karena adanya pantulan cahaya dari benda.
Cahaya yang dapat ditangkap oleh mata manusia berada pada daerah optik
dengan rentang panjang gelombang 350-780 nm. Intensitas cahaya
dinyatakan sebagai sebaran energi I(λ) dan mata manusia sanggup
beroperasi pada 10 orde derajat luminansi.
Luminansi atau intensitas adalah suatu ukuran absolut, tidak bergantung
pada cahaya disekitarnya. Luminansi pada suatu titik dalam ruang L(x,y)
menyatakan sebaran energi pada titik tersebut untuk suatu jangkauan
panjang gelombang,
dimana I(x,y,λ) adalah sebaran cahaya spasial dan V(λ) adalah fungsi
efisiensi relatif dari sistem visual yang bentuknya ditentukan oleh
fungsi transfer dari fotoreseptor. Kecerahan (brightness) berkaitan
dengan tingkat luminansi yang diindera. Ini adalah nilai relatif dan
harganya bergantung pada luminansi di sekitarnya. Mata manusia lebih
sensitif terhadap kontras luminansi daripada nilai absolut luminansi.
Kualitas suatu citra dapat diukur dengan dua cara, yaitu secara
subyektif dan secara obyektif. Dalam pengukuran subyektif, pengujian
dilakukan oleh manusia dimana suatu tim penilai disajikan gambar yang
sama kemudian diminta memberikan skor pada gambar tersebut. Skala
kualitas biasanya dalam rentang 1 sampai 5, berkaitan dengan citra yang
memiliki kualitas: tidak memuaskan, jelek, rata-rata, baik, dan sangat
baik. Secara obyektif, citra diukur dari MSE dan variasi nilai ini.
Kelebihan teknik pengukuran ini dibandingkan dengan cara subyektif
adalah: sederhana, kurang bergantung opini individu dan mudah ditangani
secara matematis. Kekurangannya adalah nilai yang diperoleh tidak selalu
mencerminkan apa yg dilihat oleh mata manusia.
Disamping MSE, dua ukuran obyektif yang sering dipakai dalam pengolahan
citra adalah SNR dan PSNR. Nilai SNR dan PSNR disukai karena skornya
menunjukkan kualitas dari sinyal atau citra, artinya, citra dengan SNR
atau PSNR yang tinggi memiliki kualitas yang lebih baik dari pada yang
memiliki SNR atau PSNR rendah. Hal ini berlawanan dengan MSE. SNR dan
PSNR didefinisikan sebagai berikut:
dalam rumus diatas, 2sσ menyatakan nilai variansi atau energi dari
sinyal asal, menyatakan variansi dari sinyal kesalahan dan A adalah
nilai puncak-ke-puncak dari sinyal. Nilai ini dinyatakan dalam satuan
dB. Nilai PSNR biasanya 12-15 dB lebih tinggi daripada nilai SNR. 2eσ
2 Rerpresentasi Warna
Warna yang dilihat mata bergantung pada kandungan spektral (komposisi
panjang gelombang), misalnya cahaya dengan kandungan spektral tinggi
pada daerah 700 nm akan menunjukkan warna merah. Jika semua gelombang
dalam daerah cahaya tampak memiliki energi seragam, maka akan terlihat
warna putih.
Pada tahun 1802, Thomas Young menemukan bahwa sebarang warna dapat
dibentuk dengan mencampurkan 3 warna utama secara benar. Ada beberapa
cara menyatakan warna dalam citra dijital. Salah satu diantaranya adalah
sistem luminansi-krominansi. Luminansi menunjukkan kecerahan, sedangkan
krominansi—yang terdiri dari hue dan saturasi, menentukan warna. Hue
menentukan “tone” dari warna (kemerahan, kehijauan dst) dan bergantung
pada puncak panjang gelombang. Saturasi menggambarkan warna murni dan
bergantung pada sebaran (lebar pita) dari spektrum cahaya.
Mata manusia memiliki tiga tipe fotoreseptor kerucut,masing-masing
dengan puncak sensitivitas bergantung λ. Spektra serapan Si(λ) dari
fotoreseptor ini memiliki puncak disekitar 450 nm (biru), 550 nm
(hijau), dan 620 nm (kuning-hijau). Sensasi warna yang digambarkan oleh
tanggapan spektralnya.
Sistem warna lain yang juga sering dipakai adalah CIE (Commision
Internationale de L’Eclairage/ komite internasional standard warna) yang
menyatakan warna dalam spektra primer RGB (Red-Green-Blue). Sumber
utama yang dipakai dalam sistem ini adalah cahaya monokromatis dengan
panjang gelombang 700 nm (merah), 546 nm (hijau), dan 435 nm (biru).
Sinar putih referensi memiliki spektrum datar dengan komposisi R=G=B=1.
Sistem CIE diperlihatkan pada Gambar 2.5.
Satu hal yang sangat penting didalam berbagia sistem warna adalah satu
sistem dapat diterjemahkan ke sistem warna lain melalui transformasi,
misalnya dengan mengalikan vektor warna dengan suatu matriks
Beberapa sistem warna lainnya adalah YUV untuk sistem PAL, HSI (Hue,
Saturation, Intensity) dan CMY (Cyan, Magenta, Yellow) untuk sistem
percetakan. CMY adalah komplemen dari sistem RGB. Representasi suatu
citra berwarna kedalam tiga jenis sistem; RGB, HSV dan YUV.
Minggu, 30 Juni 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
izin berkunjung.
BalasHapusnice artikel gan (y)
sekian terimakasih.